Thursday, December 10, 2015

Cangkir Porselin

Semusim yang lalu, kusempatkan menepati janji untuk bernostalgia di tempat kita dipertemukan. Tempat itu masih saja sama sejak tujuh tahun yang lalu, Pasir putih dengan potongan kayu masih berserakan sepanjang pantai, batu karang terjal mengelilingi dan menyembuyikan kita dari pandangan langit, bermesraan dan berbagi kisah. Aku membawa dua Cangkir  porselin milik kakekku. Cangkir itu adalah pemberian kawan lamanya dari tempat yang sangat jauh. Ia bercerita, jikalau Cangkir itu Ialah kenangan Ia dengannya sebelum mereka berpisah hingga saat ini. Air matanya jatuh bersama kenangan yang Ia ceritakan.

Aku membawa sepasang Cangkir itu dan berencana menikmati senja berdua denganmu sambil menikmati Teh dari Cangkir kenangan Kakek. Mentari yang turun berenang kelaut memancarkan sinar merah keemasan bersama angin laut mengantarkan Kita dalam kisah yang akan kuceritakan pada anak cucu kita. Aku membawa Teh aroma melati kesukaanmu dan Kue KopE langi yang adikku buat untukmu.


Tapi, semua itu hanyalah Angan-angan kita tujuh tahun yang lalu, Kini aku bersama bayanganku dan tetap membawa kedua cangkir porselin itu mengenang Kisah kita, di Pantai ini, pasir putih dengan karang terjalnya yang menusuk sepiku.

0 comments:

Post a Comment