Tanjung Bira

Tanjung Bira, Kab. Bulukumba, Prov. Sulawesi-Selatan, Indonesia.

Sanggar Seni Panrita

STIKES Panrita Husada Bulukumba

Sekolah Sastra Bulukumba

Sekolahnya Penulis Bulukumba

Lopi Phinisi

Melanglang buana menerjang ombak mengarungi samudera

Suku Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan

Hidup Selaras dengan Alam sebagai Kosmologi Suku Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan

Sunday, February 16, 2014

Kisah Datu Museng dan Maipa Deapati

540 Tahun  yang lalu Inggris melahirkan Seorang penulis yang karyanya dikenang hingga saat ini. William Shakespeare, dari goresan tangannya telah melahirkan puluhan naskah-naskah yang mengagumkan. Salah satunya adalah Romeo dan Juliet yang hampir dipentaskan diseluruh dunia dan telah menghiasi buku dan Film-film animasi.

Romeo dan Juliet karangan William Shakespeare ini juga ternyata ada di Sulawesi Selatan. Mungkin dewasa ini generasi mudah telah melupakan cerita percintaan Datu Museng dan Maipa Deapati. Kisah percintaan yang dituturkan oleh orang tua kepada anak cucu yang banyak mengandung unsur pendidikan, perjuangan, dan makna akan kesetiaan.

Sumber : Dewan Kesenian Makassar

Kisah ini berawal dari Addengareng kakek Datu Museng yang merupakan bangsawan Kerajaan Gowa melarikan diri ke tanah Sumbawa dikarenakan Tanah Gowa yang bergejolak dikarenakan Politik adu domba yang dilancarkan oleh pemerintahan Kolonial Belanda.

Di tanah Sumbawa, Datu Museng tumbuh dewasa,  di Pondok pengajian Mmpewa, Datu Museng bertemu dengan Maipa Deapati yang merupakan Putri Bangsawan Sumbawa.

Akhirnya tumbuh benih cinta dihati Datu Museng sejak pertama kali melihat sosok Maipa Deapati yang anggun dan mempesona. Namun cinta dari Datu Museng kepada Maipa Deapati menjadi sebuah cinta yang terlarang karena Maipa Deapati telah ditunangkan dengan seorang pangeran Kesultanan Sumbawa, Pangeran Mangalasa.

Setelah kakek Datu Museng mengetahui bahwa cucunya mencintai Maipa Deapati, alangkah terkejutnya sang kakek. Sang kakek dari Datu Museng merasa malu karena merasa bahwa mereka hanyalah sebongkah emas yang telah terkotori oleh lumpur, sedangkan Maipa Deapati adalah Putri Kerajaan Sumbawa. 

Datu Museng mengetahui bahwa cintanya kepada Maipa Deapati terhalang oleh tembok yang kokoh, maka atas anjuran sang kakek, berangkatlah Datu Museng ke tanah Mekkah untuk berguru. Disanalah ia mendapatkan ilmu "Bunga Ejana Madina". Kepergian Datu Museng ke tanah Mekah ternyata bukannya membuat kedua insan yang saling mencinta ini menjadi terpisah, melainkan perpisahan itu malah semakin membuat ikatan hati antara keduanya semakin kuat.


Selepas mendapatkan ilmu di tanah rantau Mekkah, maka Datu Museng pulang kembali ke Sumbawa dengan membawa rindu yang sangat besar kepada Maipa Deapati. Sesampainya di Sumbawa ternyata sang kekasih yang dirindukan jatuh sakit, maka Datu Musengpun menolong Maipa Deapati dengan ilmu yang didapatkannya dari tanah Mekkah.

Mendengar kabar bahwa sang tunangan Maipa Deapati mencintai Datu Museng, membuat perasaan cemburu di hati Pangeran Mangalasa bergejolak, Pangeran Mangalasa lantas bersekutu dengan Belanda dengan tujuan untuk membunuh Datu Museng. Tetapi Datu Museng yang teramat sakti itu tak dapat dikalahkan oleh Pangeran Mangalasa dan Belanda.

Akhirnya Datu Museng mendapat restu dari Sultan Sumbawa, merekapun lantas dinikahkan dan Datu Museng diberikan pangkat sebagai Pangllima perang. Belum beberapa lama menikah, berhembus kabar bahwa di Makassar tengah bergejolak kekacauan yang disebabkan oleh pemerintah Belanda yang berkuasa ditanah Makassar. Sultan Lombok lantas meminta Datu Museng ke Makassar untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Maka berangkatlah Datu Museng dan istrinya Maipa Deapati ke tanah Makassar, setibanya di Makassar, Datu Museng mendapatkan tantangan lain karena Kapten dari Belanda itu justru mencintai Maipa Daepati, dan melancarkan berbagai macam serangan kepada Datu Museng untuk merebut Maipa Deapati dari Datu Museng. Akibatnya Datu Musengpun terdesak akibat serangan Belanda tersebut. Namun bagi Maipa Deapati cintanya ke Datu Museng adalah harga mati baginya, ia tidak mengijinkan seorang pun untuk mengambilnya dari Datu Museng. Sang kekasih Maipa Deapati lantas meminta kepada Datu Museng untuk membunuhnya, sebab cintanya kepada Datu Museng hanya untuk Datu Museng seorang, ia merasa lebih biak mati daripada harus menyerahkan dirinya kepada Belanda.

Dengan sangat berat hati Datu Museng lantas mengabulkan permintaan sang istri, iapun lantas menikamkan Badik pusakanya ke leher sang kekasih tercinta. Setelah itu, karena rasa cinta yang dalam kepada istrinya Maipa Deapati, Datu Musengpun lantas melepaskan semua ilmu ilmu yang dimilikinya, membiarkan dirinya dibunuh oleh penjajah Belanda.


Ternyata Kisah lainya yang memiliki kesamaan juga terdapat di Bulukumba, yakni kisah percintaan Antara Baso Kunjung Barani dengan Samindara. Cerita ini pernah dimuat dalam Buku Something in Bulukumba Buah tangan Ari Dirgantara dkk.

Masihkah Generasi muda saat ini tahu akan cerita local yang merupakan kekayaan Nusantara?

Referensi :
Kajian Sastra "Sekolah Sastra Bulukumba
Buku Something in Bulukumba
www.lobelobenamakassar.com


Konsep Persalinan Normal

Kelahiran
Kelahiran merupakan keajaiban Tuhan yang terjadi  setiap hari. Bagi tenaga kesehatan profesional khususnya Bidan,kelahiran merupakan pelajaran yang tak pernah selesai dipelajari, keran memiliki karakterisasi yang bervariasi dan terus berubah. Kehamilan merupakan sebuah misteri kehidupan, kita hanya dapat memprediksi. Kelahiran merupakan suatu kegembiraan bagi anggota keluarga. Pemilihan fasilitas dan tenaga professional dilakukan oleh ibu dan keluarga dengan harapan ibu dan anak lahir sehat dan selamat. Pelayanan di fasilitas kesehatan petugas melakukan intervensi terhadap semua kasus – juga pada kondisi normal, sehingga  pada banyak kasus konsep persalinan normal terganggu. Berdasarkan pengalaman dan Evidence Based, intervensi yang tidak perlu ternyata membahayakan perempuan dan bayinya. Untuk itu Bidan sebagai provider diharapakn dapat kembali kepada Konsep Fisiologis Persalinan Normal.

Folosofi dalam praktek
Konsep persalinan normal dapat mengurangi rujukan. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi  semakin banyak metode yang dapat digunakan guna mempertahankan konsep normal. Implementasi filosofi menjadi  tanggung jawab setiap provider dalam memberi asuhan terhadap perempuan sejak hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan.

Model Asuhan Kebidanan
Model Asuhan Kebidanan adalah meminimalkan intervensi. Bidan harus menjadi pendampingan perempuan yang akan melahirkan agar persalinan berlangsung perlahan dan nyaman, menghindari kekhawatiran berlebihan. Asuhan Kebidanan yang diberikan bertujuan meminimalkan rupture perineum. kasus SC dan tindakan lain.

Konsep Persalinan Normal
Membuat perempuan merasa nyaman selama persalinan. Memfasilitasi perempuan melahirkan dengan posisi sesuai dengan keinginannya. Meyakini kepala janin dapat menyesuaikan diri dengan pelvic. Membuat keputusan klinis yang tepat bila terjadi kelainan yang umum dan tidak berbahaya. Meyakini kehadiran keluarga dan teman membawa manfaat pada proses persalinan. Mendampingi perempuan dalam persalinan membutuhkan kesabaran dan kerja keras

Partus Normal
Konsep Partus normal adalah dimulai sesuai dengan waktunya, tanpa ada pemberian obat tertentu. Selama persalinan usahakan Ibu bebas bergerak dan mendapat dukungan terus menerus.   Hindari intervensi rutin. Biarkan untuk meneran spontan dalam posisi tegak atau posisi normal gravitasi, Tidak memisahkan ibu dan bayi setelah bayi lahir.  

Mempersiapkan Persalinan Normal
Pelayanan ANC yang terfokus memperhatikan kebutuhan perempuan baik fisik, emosional dan sosial dan mengatasi masalah bersama perempuan. Dalam mempersipakan partus normal Bidan melakukan pemeriksaan yang bermanfaat bagi perempuan dan memfasilitasi perempuan untuk melahirkan sesuai dengan keinginannya. Tidak menakut-nakuti sehingga mempengaruhi keputusan dan keinginan perempuan/ibu.



Asuhan Persalinan Kala I
Memeriksa perempuan pada awal persalinan dan meyakinkan perempuan dalam keadaan normal. Memberi dukungan non pharmakologikal dalam persalinan dengan cara pijatan/masage, hypnotherapy, hydrotherapy. Lakukan Deteksi dini komplikasi. Lakukan pendampingan terhadap perempuan secara terus menerus pada fase aktif. Tidak buru – buru pada saat ibu meneran, membuat rutin episiotomi, Tidak segera memandikan bayi, dan memisahkan bayi dari ibunya.

Asuhan Persalinan Kala II
  • Sebaiknya dibiarkan spontan tanpa struktur, lakukan sesuai dengan instink ibu 
  • Sebaiknya tidak ada pembatasan waktu bila kesejahteraan ibu dan janin baik 
  • Rutin Valsava atau meneran dengan cara menahan napas dapat membahayakan ibu dan janin 
  • Ibu seharusnya didukung dan dianjurkan untuk meneran spontan kadang sering diikuti dengan suara 
  • Pendekatan fleksibel terhadap keinginan meneran lebih awal, tergantung pada pembukaan serviks dan tanda lain 
  • Perempuan sebaiknya dianjurkan untuk memilih posisi tegak pada kala II persalinan. 
Pada Persalinan Kala II 
  • Posisi Ibu dapat Berdiri, Jongkok, Duduk, Dalam Air, Supine – Lateral, sesuai kenyamanan 
  • Ibu meneran sesuai dengan keinginannya 
  • Bidan mendampingi ibu selama proses kelahiran dan menolong kelahiran bayi

Asuhan Persalinan Kala III
  • Dalam kondisi normal Uterus akan segera berkontraksi segera (dalam 2 menit) setelah bayi lahir 
  • Plasenta akan lahir spontan 
  • Rutin Manajemen Kala III wajib dilakukan pada ibu yang berisiko Perdarahan postpartum (Makrosomia, Gemelli, Riwayat Perdarahan, partus di fasilitas yang jauh dari fasilitas rujukan) 
  • Rutin Manajemen Aktif Kala III membuat ketidaknyaman.

Asuhan Partus Kala IV
  • Observasi perdarahan, kontraksi uterus, TTV setiap 15 menit dalam 1 jam pertama, tiap 30 menit dalam 1 jam kedua 
  • Dalam 2 jam pertama postpartum masih merupakan masa kritis terjadi perdarahan postpartum 
  • Lanjutkan asuhan masa nifas

Pijatan/Masage
  • Teknik ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dengan masage 
  • Penerapan tehnik ini hamper tanpa ada resiko/rendah 
  • Murah dan mudah melakukannya 
  • Dapat dilakukan oleh siapa saja (tidak harus bidan) 
  • Memperpendek waktu persalinan 
  • Pasien mempunyai pengalaman melahirkan yang menyenangkan

Hydrobirthing dan Waterbirth
  • Menciptakan relaksasi agar  ibu tidak stres 
  • Intervensi yang digunakan untuk mengurangi nyeri dengan menggunakan air. 
  • Resiko terhadap pasien rendah 
  • Dapat dilakukan dengan menggunakan Shower atau berendam air hangat dalam bak. 
  • Membantu  membuat pelvis rileks 
  • Situasi pelviks yang rileks mempercepat pembukaan serviks.

Hypnobirthing
  • Relaksasi yang tercipta dengan berlatih terhadap sesuatu kegiatan yang berulang. 
    • Mengatakan kalimat yang menyenangkan 
    • Aroma terapi 
  • Suasana relaks, hal ini bertujuan mengurangi rasa nyeri dan stres sehingga produksi oksitocin lancar 
  • Resiko terhadap pasien rendah 
  • Mengurangi rasa nyeri dalam persalinan 
  • Memperpendek lama persalinan

Merubah Posisi
  • Tidur miring 
  • Jalan – jalan 
  • Duduk santai 
  • Dansa 
  • Mandi dengan shower 
  • Berendam dalam bak mandi

Relaksasi Dengan Handuk
  • Tarikan handuk 
  • Pasien sits up di tempat tidur dengan kaki di tekuk semaksimal mungkin dan menarik ujung handuk 
  • Bidan/ pendamping berdiri di ujung tempat tidur membantu pasien SIT UP dengan membantu menarik ujung handuk 
  • Cara lain dengan menarik kain yang diikat pada pinggang pendamping/ tempat tidur bagian bawah 
  • Tarikan handuk ini mengurangi rasa nyeri dan tegang pada pinggang

Persalinan di rumah
Penelitian membuktikan nilai dan keamanan partus di rumah. 

Pertentangan dan perbedaan pendapat tentang keamanan persalinan di rumah datang dari pihak kedokteran di beberapa negara Amerika Utara, USA, termasuk UK.
Untuk meningkatkan persalinan normal adalah dengan meningkatkan akses partus di rumah.

Di London 20-30% perempuan merencanakan melahirkan di rumah.
Di Belanda persalinan di rumah tidak pernah hilang walaupun prosentasenya menurun (30%).
Di Indonesia praktik persalinan dirumah masih dilakukan, masalah utama

Kesimpulan
Aplikasi konsep normal membutuhkan:
  • Adanya tenaga terampil 
  • Kesiapan pasien dan keluarga 
  • Menggunakan kriteria spesifik untuk mendiagnosis kondisi normal/komplikasi. 
  • Membatasi intervensi yang tidak perlu 
  • Menggunakan evidence based dalam penatalaksanaan asuhan 
  • Memberikan dukungan pada pasien dlm menghadapi perubahan. 
  • Memberikan dukungan emosional dan fisik secara terus menerus selama persalinan

Daftar Rujukan:
  • Adriana, E.. (2007) Melahirkan Tanpa Rasa Sakit, edisi 1, Buana Ilmu Populer, Jakarta 
  • Ament, L.A. (2005) Professional Issue in Midwifery, edisi 1, Jones and Barlett Publisher, London 
  • Coppen,R. (2005) Birthing Positions: Do midwives know best?,edisi terbatas, Quay Books, London 
  • Davis, E. (2004) Heart & Hands, A Midwife’s Guide to Pregnancy and Birth, edisi 4, Celestial Arts, Bekerley 
  • Fahy,K.; Four, M.; Hastie, C. (2008) Birth Territory and Midwifery Guardianship, edisi 1, Elsevier, Edinburgh 
  • Ikatan Bidan Indonesia, (2007) Standar Profesi Bidan 
  • Kitzinger, S.(2005) The Politics of Birth, edisi 1, Elsevier, London 
  • Motha, G.& MacLeod, K.S.(2004) Gentle Birth Method, edisi 1,Thorsons, London 
  • Reid, L. (2007) Midwifery: Freedom to Practice, edisi 1, Churchill Livingstone, Edinburgh
 

Saturday, February 15, 2014

Asuhan Persalinan yang Berkualitas (Intra Natal Care berkulitas)

Asuhan Persalinan Yang Berkualitas
Isu Kebidanan
Berdasarkan report ICM tahun 2011 dan Survey Bidan UNFPA di  58 negara termasuk Indonesia pada tahun 2010, ditemukan angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi disemua negara. Secara global angka kematian ibu 91%; 80% of stillbirths; 82% of newborn mortality).

Pada laporan tersebut menyebutkan masih sedikit sekali bidan yang sungguh berkualitas yang memberikan pelayanan terintegrasi. Rendahnya pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan asuhan bayi baru lahir (kurangnya fasilitas, staff terlatih dan peralatan)

Pencapaian sasaran MDGs pada tahun 2015 menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa. Sehingga pencapaian tujuan dan target MDGs harus menjadi pembahasan seluruh masyarakat, termasuk Ikatan Bidan Indonesia (IBI). IBI dan anggota IBI telah mengambil peran dalam menyukseskan pencapaian target MDGs, khususnya target 4 dan 5 yang merupakan area pelayanan Kebidanan, KIA dan KB.

Kebijakan Pemerintah tentang pelayanan ibu dan anak seperti Safemotherhood, MPS, P4K, Jamkesda, Jampersal, MDGs belum menjawab semua kebutuhan kesehatan perempuan. Belum semua masyarakat memiliki akses pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Pelayanan Kebidananan Kontinyu (Continuity Of Care)
Bidan diharuskan memberikan pelayanan kebidananan yang kontinyu (Continuity of Care) mulai dari ANC, INC, Asuhan BBL, Asuhan postpartum, Asuhan Neonatus  dan Pelayanan KB yang berkualitas.

Asuhan Persalinan oleh Bidan
Area pelayanan seorang bidan adalah pada kehamilan dan persalinan Normal. Bidan sangat berperan dalam persalinan dan kelahiran normal. Meningkatkan persalinan normal berarti menurunkan angka SC yang tidak perlu. Fokus pelayanan bidan adalah memberi informasi, pendidikan dan dukungan terlebih pada  primigravida dan bahkan kepada ibu post SC. 

Mengapa kita peduli pada Persalinan Normal
Pengaruh tindakan/intervensi dalam proses persalinan dapat berpengaruh terhadap ibu dan bayi. Sehingga dapat menimbulkan tingginya biaya persalinan dan akibat medis lainnya. Perempuan hamil yang sehat  mempunyai hak untuk mempertahankan integritas kelahiran normal, juga berhak atas akses terhadap asuhan kebidanan  yang berbasis llmiah. Seorang Ibu/Perempuan berhak mengontrol keadaan dirinya terhadap kelahiran normal.

Pelayanan Kebidananan Kontinyu and Persalinan Normal
Penguatan manajemen fisiologis sebagai ciri khas bidan. Seorang Bidan yang baik dan professional harus memahami filosofi Kebidanan bahwa hamil dan melahirkan bukan penyakit. Seorang bidan harus mampu mempraktekan pendekatan fisiologis yang paling tepat., menerapkan model praktik bidan, mengembangkan model praktik bidan, mempertahankan praktik mandiri, memahami lingkup praktik bidan berdasarkan Evidence based practice.

Asuhan persalinan normal
Bidan memfasilitasi persalinan sesuai dengan konsep kebidanan dan memberikan asuhan persalinan fisiologis yang berkualitas. Hal perlu di catat dan diingat persalinan bukan penyakit dan prosedur medik. Hamil dan melahirkan adalah suatu peristiwa normal bagi hampir semua perempuan. Hamil dan melahirkan bukan penyakit oleh sebab itu jangan disamakan seperti prosedur medik.  

Intervensi
Intervensi/tindakan yang dilakukan dapat memberikan bahaya lebih banyak daripada manfaat. Faktanya, dibanyak fasilitas kesehatan, intervensi/tindakan yang dilakukan terhadap kasus risiko rendah meruapak tindakan tidak efektif atau tidak diperlukan. Banyak perempuan tidak menyadari beberapa prosedur, pengobatan, test dan intervensi/tindakan dapat membahayakan dan menghilangkan proses kenormalan dalam persalinan. Beberapa praktisi telah melakukan mengevaluasi bahwa beberapa tindakan/intervensi lebih membahayakan daripada manfaat yang didapat. Masih banyaknya petugas di fasilitas kesehatan yang tidak memahami dan menerima pengetahuan terkini yang aman dan efektif dengan pelaksanaan asuhan kepada banyak perempuan.

Persalinan dengan Intervensi
Diantara tindakan/intervensi yang sering dilakukan kepada perempuan adalah Electronic Fetal Monitoring (CTG), Pemasangan Infus, Kateterisasi, Epidural, Narcotik, Entinox, Induksi Persalinan, Pemecahan selaput ketuban, Percepatan persalinan, Tindakan operative dalam persalinan (menjahit luka episiotomi) bahkan Sectio Caesaria (SC).

Persalinan Fisiologis
Persalinan yang dilakukan secara fisiologis menghasilkan lama persalinan lebih singkat, angka kasus gawat janin menurun, perdarahan post partum menurun, kejadian Perineum rupture rendah (15%) dan Kasus SC < 1%

Tempat Persalinan yang aman
Pertimbangkan kembali ! tempat persalinan yang aman adalah di luar Rumah Sakit dimana perempuan seharusnya bisa merasakan keluarnya hormon – hormon normal yang berfungsi dalam persalinan. Untuk itu tugas utama bidan adalah melindungi perempuan terhadap pengaruh yang menghalangi keluarnya hormon – hormon tersebut

Pendapat pakar kebidanan
Bahwa tempat yang paling baik untuk melahirkan adalah tempat dimana tidak ada orang lain kecuali seorang bidan yang berpengalaman yang berperan sebagai ibu.
Bidan harus mampu berbicara dengan tenang karena bahasa merupakan stimulus yg paling kuat menstimulus neocorteks. Ketenangan akan merajut suasana menjadi langkah yg kondusif dalam asuhan kebidanan sehingga ibu lebih tenang partus lebih cepat. 

Perubahan Praktik : Temukan kembali kebutuhan dasar ibu dan bayi, Terapkan konsep fisiologis asuhan kebidanan, Ekplore konsep hormonal seperti adrenalin – oxytocin antagonisme dan neocortical inhibition
 
Hasil Penelitian membuktikan bahwa Praktik  berikut ini aman dan bermanfaat:
  1. Rencanakan asuhan sesuai dengan keinginan perempuan 
  2. Informasikan keuntungan dan risiko melahirkan di tiap2 sarana pelayanan kebidanan (RS, RB, BPM) dan menghargai pilihan perempuan 
  3. Pengkajian risiko  setiap perempuan selama hamil, persalinan, dan kelahiran. 
  4. Memberikan jaminan pada setiap perempuan mendapat asuhan dan dukungan yang berkualitas dalam persalinan dari seorang bidan. 
  5. Memberikan perempuan cukup makan dan minum cukup cairan dalam persalinan. 
  6. Monitoring  djj secara manual. 
  7. Menerapkan metode tanpa obat, seperti masage dan teknik relaksasi. 
  8. Menganjurkan ibu jalan – jalan  
  9. IMD sesegera mungkin 
  10. Bantu ibu untuk memulai  breastfeeding sesegera mungkin setelah kelahiran.

Bidan yang sungguh berkuallitas yang merupakan bagian penting dalam pencapaian  MDGs 3, 4, .

Sumber :  http://www.ibi.or.id/

Larangan Merokok di dekat Ibu dan Anak

Larangan Merokok di sekat Ibu dan Anak
"Second Hand Smoke" santer diberitakan bahwa berada didekat seseorang yang sedang merokok jauh lebih berbahaya daripada si perokok sendiri. Sekalipun tidak merokok, paparan asap rokok dari orang lain terhadap ibu menyusui atau bayinya tetap bisa merusak kesehatan.

Hanya melarang ibu-ibu hamil dan ibu menyusui untuk tidak merokok saja tidak cukup, tetapi juga harus menghindarkan ibu terpapar rokok dari orang disekitarnya seperti suami atau keluarga. Seseorang yang merokok, berarti dia hanya menghisap asap rokoknya sekitar 15% saja, sementara 85% lainnya dilepaskan untuk diisap para perokok pasif.

WHO memperkirakan hampir 700 juta anak atau sekitar setengah dari seluruh anak di dunia termasuk bayi yang masih menyusu ibunya terpaksa menghisap udara yang terpolusi oleh asap rokok. Fokusnya hal itu terjadi di dalam rumah sendiri.

Nikotin yang ada dalam rokok terhisap dengan cepat dari saluran pernapasan ke aliran darah ibu dan langsung ditransfer ke ASI dengan cara difusi. Jika ada orang lain yang merokok didekat bayi, maka selain nikotein terserap dari ibu yang terpapar asap rokok juga langsung melalui pernapasan bayi. Nikotin dapat merubah rasa ASI yang membahayakan bayi, akan rewel dan menolak menyusu ibunya.

Asap rokok akan menyebabkan antara lain: muntah, diare, denyut jantung meningkat dan lain-lain pada bayi.

Penelitian membuktikan :
  1. Asap rokok yang terhirup oleh ibu menyusui dapat menghambat produksi ASI, yang mengakibatkan pertumbuhan bayi tidak optimal. 
  2. Asap rokok mengandung sekitar 3000-an bahkan kimia beracun, 43 diantaranya jelas-jelas mengandung karsinogen. Oleh karena itu asap rokok pada perokok pasif, tiga kali lebih buruk dari debu batu bara.
Oleh harena itu, jangan ambil risiko!
"Hindarkan ibu dan anak dari asap rokok dimanapun berada"
Jakarta, 31 Mei 2012.(oleh Harni Koesno/PPIBI)

Sumber : http://www.ibi.or.id