Thursday, December 10, 2015

Aku dan Kemoceng

Sembari mengetik ini, saya berkenalan dengan teman baru. Ia adalah lulusan salah satu Universitas di Makassar. Hampir sejam kami Chat hingga lupa cerita ini, Cerita ini mengisahkan tentang anak muda dan kemoceng.

--------------------------------------------------------

Kemoceng yang tergantung di dinding kamarnya itu memiliki tiga warna, terbuat dari rotan dan bulu ayam, warnanya merah, hijau, dan kuning. Kemoceng itu sudah tergantung di dinding kamarnya cukup lama.

Kemoceng dengan bulu ayam tiga warna itu sudah berulang kali Emmanya buang, bulu ayam yang merekat sudah hampir habis dan menjadi sarang nyamuk. Pada suatu malam, Ia terbaring dengan membaca buku Isabel Alende, Potrait in sepia. sedari sore tadi saat pulang dari kuliah Ia terus membaca kisah perempuan yang mengalami trauma dan kehilangan igatannya. Sembari membaca tak sadar Ia melihat kemoceng yang tergantung pada dindingnya.

Ingatanya kembali kemasa empat tahun yang silam, masa saat Ia baru saja menginjakkan kaki di bangku kuliah. Kemoceng dengan warnah merah, hijau dan kuning itu adalah kemoceng milik seorang gadis, teman seangkatan semasa Ia di Ospek. Gadis itu memiliki tubuh yang tinggi dengan wajah yang cantik nan jelita, Hampir setiap saat selalu saja gadis itu menjadi topik pembicaraan di antara mahasiswa baru dengan kepala pelontos memakai baju hitam putih dengan segalah embel-embel di tubuhnya.

Pada hari ketiga Ospek, mereka berpapasan begitu saja di lorong gedung kuliah, Gadis itu menoleh dan tersenyum padanya. Tak di sangka, Ia menyimpang perasaan pada Gadis bertubuh tinggi dan berwajah cantik nan jelita itu. Hari terakhir, seluruh mahasiwa baru membawa alat untuk membersihkan, ada yang membawa Cangkul, Sapu lidi, Lap, dan Gadis dengan tubuh tinggi dan wajah cantik nan jelita itu membawa kemoceng. Seusai membersihkan, seluruh alat kebersihan di kumpul. Salah satu seniornya mengambil kemoceng itu dan membawahnya ke Gudang Kampus. Malam pun tiba, Pemuda itu sulit melupakan senyum yang diberikan padanya, Senyum itu ibarat Kipas angin yang selalu membuatnya sejuk. Ada ide yang muncul di benaknya, Ia memutuskan kemoceng itu sebagai kenangan akan senyum iyu, Ia langsung pergi ke kampusnya di tengah malam dan mencuri Kemoceng itu. Begitulah kemoceng itu hingga sampai saat ini terus saja Ia pajang di dinding kamarnya. Meski bulu-bulu untuk membersihkan debu sudah rontok terlepas, Ia tetap saja meyimpannya.

Buku Isabel Allende sudah Ia baca, Muncul tekanan dalam batinnya untuk mengungkapkan rasa itu. Keesokan harinya, saat di Kampus Ia memberanikan diri menemui kembali  gadis dengan tubuh tinggi nan cantik jelita itu, Namanya Kiki. Ia adalah Seorang mahasiswi Sains Matematika. Wajahnya sangat jauh dari saat pertama Ia berpapasan empat tahun yang lalu. Ia lebih cantik dan menjadi idolah di Kampus. Kiki pun datang menghampiri dan heru pergi begitu saja dengan gejolak di jiwanya akan gadis secanntik Kiki tidaklah mungkin menjadi kekasihnya.


Malam pun tiba, kembali Ia membuka Buku Viktor Malarek dengan Teh melati Ia memandang Kemoceng di dindingnya. 

0 comments:

Post a Comment