Wednesday, November 5, 2014

Fenomena Cinta "Biasa" Risna dari Bulukumba

Fenomena Cinta "Biasa" Risna dari Bulukumba
Keringnya Drama Cinta dalam Kehidupan Kontemporer


Cinta adalah tragedi. demikianlah kata yang kerap disampaikan oleh seorang budayawan Sulawesi Selatan, Ahyar Anwar dan diyakininya sampai akhir hayatnya. bahkan keyakinannya itulah yang mewarnai hampir seluruh karya-karya yang dituliskannya sepanjang hidupnya. . Cinta adalah Tragedi bukanlah sebuah kalimat sederhana secara filosofis dan historis tapi, kalimat tersebut adalah akumulasi pemikiran Ahyar terhadap pembacaannya dengan sejarah percintaan ummat manusia.

Hampir semua kisah cinta yang agung dalam sejarah percintaan manusia selalu disertai dengan peristiwa tragis yang menggetarkan hati siapapun yang menyimaknya atau mengapresiasinya dengan baik. . Romie dan Juliet di Inggris yang ditulis oleh William Shakespeare dan Laila Majenun (Qais) yang ditulis oleh Nizami di Timur Tengah adalah fenomenan cinta yang luar biasa dan keduanya berakhir dengan kematian. Demikian dengan kisah monumen cinta Taj Mahal yang dibangun oleh Mughal Shah Jahan untuk istrinya Mumtaz Mahal yang mengisahkan kesetiaan dan pengorbanan yang agung. untuk konteks lokal, kita bisa menyimak kisah Datu Museng dan Maipa Dea Pati yang juga berujung pada kematian keduanya. Mengapa kisah mereka menjadi kuat dan terus terkisahkan? jawababn yang paling sederhana mungkin adalah karena kisah tersebut penuh dengan pengorbanan ketulusan, kesejatian dan juga kesetiaan.

Media sosial belakangan menyajikan drama cinta "biasa" Rais dan Risna yang terjadi di sebuah kampung di Bulukumba. drama cinta yang menyedot banyak perhatian media sosial bahkan media massa. Drama biasa yang sebenarnya tidak memiliki fragmen kuat selain peristiwa "konyol" yang mempertontonkan seorang lelaki suami orang lain yang memeluk seorang wanita yang bukan istrinya. parahnya karena mereka berpelukan di hadapan seorang istri yang baru saja sah dan dilakukan di depan keluarga besar mereka berdua. parahnya, bukannya ada teguran, malah massa yang hadir seolah khidmat melakukan pembiaran atas drama itu. (apakah orang Bulukumba menganggap ini hal wajar).

Peristiwa pelukan dari drama yang sampir di sebuah pesta ini adalah sebuah drama yang menghadirkan pertanyaan-pertanyaan spekulatif (bukan tuduhan/kemungkinan). jika mereka berani berpelukan di depan publik, bagaimana dengan peristiwa sembilan tahun kisah asmara mereka jika di ruang tertutup? (non publik) jika mereka berani berpelukan semesra itu di depan istri sah dari Rais, apakah tidak akan ada kemungkinan peristiwa berulang di antara mereka jika tidak di ruang publik?. pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang menunggu jawaban. ini adalah pertanyaan imajinatif yang jawabannya ada di dalam nurani setiap orang yang menyimak tulisan ini. 

Rais yang tertolak lamarannya bukanlah peristiwa baru dalam kehidupan sosial dan kebudayaan kita. Agama pun bahkan mengajarkan istrumen kepada manusia tentang logika-logika sederhanana atas penerimaan lamaran. disana ada syarat agama, keturunan, materil dan fisik. kita tidak pernah tahu unsur yang mana yang tak dimiliki Rais sehingga lamarannya tertolak. dan penolakan keluarga risna pun tidak bersalah dalam penolakan yang mungkin alasa mereka tidak akan dibuka ke ruang publik karena berkenaan dengan harga diri dan martabat seseorang.

Sebagai seorang pencinta, Rais mestinya sadar dan mengenali kisah-kisah agung dalam percintaan ummat manusia. seharusnya Rais harus berjuang, jika memang dia memiliki kesejatian, dia sisa memilih sejarah percintaan mana yang akan dia ikuti. Rais mestinya tidak menghentikan perjuangannya menemukan risna dan membangunkan sebuah rumah cinta di hatinya. dalam sebuah tulisan Ahyar Anwar dalah Buku Kisah tak Berwajah, ada sebuah bab yang mengisahkan tentang seorang yang bernama Renate Kleinle yang menyimpan kenangannya untuk kekasih kurang lebih setengah abad dalam penantian. Renate tetap setia dengan cintanya kepada seorang lelaki yang bernama Hong. bahkan memilih untuk tidak menikah sepanjang usianya demi kesetiaannya (Kisah Tak Berwajah, Kenangan pada Teratai Kering). disinilah letak keraguan penulis atas kesejatian pada kesetiaan yang tulus dari Rais.

Risna, dengan rasa yang seolah tegar dan berjiwa besar, menghadiri pesta pernikahan Rais dan memeluknya di pelaminan dengan penuh rasa dan keharuan, secara tidak sadar menjelaskan tentang dendam. Dendam yang entah disadarinya atau tidak. Dendam tersebut adalah momok yang akan menghantui rumah tangga Rais dan Istrinya sepanjang hayat. Rumah tangga mereka akan menjadi bayang-bayang hitam. Dendam tersebut adalah fenomena cinta yang paling lembut dan akan terus menjadi sengatan-sengatan listrik cinta dalam menjalani hari-hari antara Rais dan Istrinya.

Istri Rais adalah korban. perempuan itu akan terhantui kehidupannya. Media sosial dan media massa pun akan turut menjadi balatentara yang mengibaskan sayap kesedihan bagi dirinya. semakin hari, kibasan angis kesedihan itu tentunya akan semakin deras. Risna ada dimana-mana. Kemanapun matanya menoleh, titik kesedihan dan kecemasan itu ada di sana. bahkan, kemanapun dia pergi, kisah mereka akan terus terkisahkan oleh orang-orang saat ini. Malam-malamnya bersama Rais tentunya akan dirasuki oleh wajah Risna. sebagai wanita, istri Rais tentu menyimpan banyak duka lara. Duka lara yang akan dikenang dan menghantuinya seumur hidup.

Orang-orang yang bertemu Risna dan Rais akan terus menguliti kisah mereka. siapa yang membahas Rais maka dia akan menanyakan Risna. kisah mereka seolah utuh dan tak terpisahkan dalam cinta. . Risna yang tiba-tiba menjadi populer dan ada di semua media adalah air mata yang hening bagi ketenangan jiwa Istri Rais yang seharusnya menikmati masa-masa bulan madu. Risna seolah tidak berhenti. malah, Risna seolah semakin melebarkan sayap-sayap kesedihannya untuk rumah tangga Rais dan Istrinya. Risna seolah terbuai popularitas dan menyengaja melakukan pembiaran terhadap popularitas dirinya. dia tampak tak sadar, bahwa ada yang terbaca "dendam", dengan senyum-senyumnya di Media seolah berkata, Tubuh Rais adalah milikmu. Tapi, Hatinya adalah milikkku dan semua orang mengetahui itu. Inilah yang terlambat disadari oelh kebanyakan orang untuk menegakkan kepala Rais dan membelai hati Istri Rais bersama-sama dan menyembuhkan kesedihannya. 

Kisah cinta Rais dan Risna adalah kisah cinta yang sesungguhnya kering. Tragedy yang lahir di antara mereka hanyalah sebuah kisah sampir dari sebuah fragmen kehidupan. tentunya, masih banyak kisah lain yang lebih menggetarkan hanya saja tidak kita kenali atau jiwa sosial kita tidak lagi mau memperdulikannya di sekeliling kita. Kisah tersebut tentunya penuh dengan pengorbanan, ketulusan dan kesetiaan.

Rais dan Risna adalah sebuah kisah yang dipertontonkan bahwa di dalamnya tidak ada kesetiaan seperti Renate Kleinle dan Mughal Shah Jahan. Kisah mereka tidak memiliki ketulusan seperti Qais dan Laila yang mengalienasi diri dari kehidupan sosial setelah tertolak. Kisah mereka tidak sejati di dalam waktu karena kesejatiannya hanya bisa dibuktikan dengan kegigihan menyatukan cinta dengan upaya-upaya yang berdarah-darah. Kisah mereka adalah kisah cinta biasa yang tidak berbobot untuk dikisahkan sebagai sebuah pembelajaran cinta yang agung.

Kisah cinta Rais dan Risna adalah sebuah kisah yang sesungguhnya hanya kisah biasa yang dieksploitasi oleh media dan dkipas-kipasi oleh media jejaring sosial yang pemiliknya tidak memiliki ketertarikan membaca kehidupan ini dengan lebih serius dari referensi-referensi sejarah cinta yang lebih berbobot. . Merujuk pada definisi Cinta sebagai Tragedi (Love is Tragedy) kata Ahyar Anwar, Kisah Cinta dan Rais adalah kenyataan bahwa kisah percintaan manusia kontemporer mengalami kekeringan nilai dalam dramanya. kisah cinta mereka tidak memiliki unsur kesetiaan, ketulusan, kesejatian, pengorbanan dan lainnya. Kisah cinta mereka hanyalah sebuah kebetulan, kebetulan difoto, kebetulan dishooting, kebetulan dijadikan status media sosial (FB dan BBM), kebetulan tidak ada pekerjaan lain dan kita secara berjamaah ikut-ikutan membahasnya.

Kesejatiaan harusnya ada dalam kisah Silariang (pergi bersama dengan paksa atas nama cinta) atas ketidakrestuan keluarga. Silariang tentunya akan melahirkan lebih banyak kisah cinta yang penuh dengan tragedi. tragedi itulah yang membuktikan bahwa cinta yang sejati itu ada. (*)


4 November 2014 pukul 12:06 
(Dimuat di Harian Radar Selatan edisi Hari Ini)
Andhika Daeng Mammangka; a. Penulis Buku. Pendiri Sekolah sastra Bulukumba

Andhika Daeng Mammangka


3 comments:

  1. Replies
    1. likenya buat Andhika Daeng Mammangka, Ini adalah hasil buah tangannya...

      Delete
  2. Tulisan ini Buah tangan Andhika Daeng Mammangka yang di salin dari Facebook...

    ReplyDelete