Thursday, October 16, 2014

Sajak-Sajak MALEWA Aku Akan Mengajakmu Kemana Saja Untuk B


( Ilustrasi )
musim kering ini
aku menunjungi jejeran bukit kapur di negerimu tanpa kau ketahui
aku menyelinap di sebuah malam tanpa cahaya
nyala cinta di hatiku, aku jadikan penerang arah
menerobos hutan-hutan gersang yang tipis
mengendap bagai saat aku datang mencuri hatimu
di musim hening silam

di bukit kapur itu
aku menulis namamu dan namaku
aku ingin di sebuah hari yang entah kapan
aku akan mengajakmu datang kesana menebalkan kembali tulisan itu
sebab, jika tidak, lumut, dan debu akan mentupnya tanpa bekas
namaku dan namamu, akan hilang tanpa tanda-tanda di dalam ingatan

di bukit kapur itu
aku menulis seluruh impian yang tertunda
impian yang tiada pernah pupus dan terus tertagih di dalam jiwa
bersujud taubat bersama di baitullah
berjalan di atas jembatan-jembatan tua di belanda
menatap jam lonceng yang besar di inggris
berdiri berlama-lama di jembatan penghubung menara kembar malaysia
berfoto di tonggak-tonggak tuanya athena
membacakan puisi di sisi kiri makam jf sartre atau rosseau di perancis
mengunjungi museum tokapi di turki
aku menulis pula
kita akan tiba di musim bunga sakura di jepang
tiba di timur tengah menikmati musim bunga tulip di sinai

tapi, semua ini terlalu berat diwujudkan
maka aku menurunkan derajat impian itu
dan menuliskannya di bukit kapur negerimu

aku akan
mengajakmu ke sabang menyaksikan kilometer nol indonesia
ke belitung, menyentuh prasasti tulisan tangan andrea hirata
naik lift di monas
menumpang kereta api di tanah jawa
mendayung sampan di laut raja ampat
menikmati metahari terbenam di pantai bira
menyaksikan tarian bambu gila di maluku
menyusuri gua puteri halmahera tengah
menumpang bis malam full AC dari makassar ke manado
menyaksikan prasasti bom bali di bali
mengunjungi kuburan massal sisa tsunami di aceh

menginap di sebuah penginapan sederhana yang ada taman bunga dan selalu luput dari razia pihak kemananan

aku menuliskan itu semua
pada bukit kapur
di malam tanpa cahaya
di sebuah malam yang tanpa kau sadari, aku sedang berada di kotamu
menyelinap, mengendap, sambil menahan napas

tapi, pertanyaannya selalu saja sama tiap kali kau menelponku
kapan kita berangkat?

aku tak pernah bisa menjawab
karena kutahu; seseorang di sampingmu selalu ada menemani kemanapun kau ingin pergi dalam kenyataan.

aku tak bisa berbuat apa-apa untuk semua impian-impian itu
dan itu adalah luka besar dalam kehidupanku


Bulukumba, 12 Oktober 2014

Karya : Andhika Daeng Mammangka



0 comments:

Post a Comment