Wednesday, February 24, 2016

Basing, Musik kematian dari Kajang

Komunitas adat Ammatowa Kajang merupakan suatu kekayaan adat istiadat Kabupaten Bulukumba yang tidak dapat ditemukan di daerah lain di belahan Bumi ini, Masyarakat yang terkenal akan busana hitam tanpa alas kaki dan memakai destar ini sudah terkenal sampai kemancanegara dan menjadi daya pikat wisatawan yang ingin mengenalnya lebih dalam. Dewasa ini, Masyarakat Adat telah lama berjuang memegang teguh jati diri mereka akan Adat istiadat, berbicara tentang Bulukumba maka nama Kajang tidak akan luput didalamnya.
Tahuka Anda ?

Di Kajang terdapat Musik kematian, yakni Basing atau Bulo', Alat musik yang mirip seruling ini terbuat dari bambu dengan panjang 50 cm, memiliki lima lubang dan bagian ujungnya terbuat dari tanduk kerbau. Basing atau sering juga disebut Bulo' ini biasa dimainkan ketika salah satu warga Desa Adat yang meninggal dunia, Basing biasa dimainkan pada hari ke seratus setelah prosesi penguburan dan dimainkan semalam suntuk. Basing ini sendiri dimainkan Dua orang sebagai peniup Bulo' dan dua lagi menyanyi, Peniup Bulo' akan terus meniup Bulo' sampai larut malam mengiringi penyanyi, lagu yang dinyanyikan tidak dapat dimengerti, menurut penuturan penyanyi Pabbasing, Lagu tersebut menyanyikan tentang riwayat almarhum semasa hidupnya. banyak orang yang mencoba belajar memainkan Basing dan tidak berhasil mempelajarinya. Konon, setiap orang hanya mampu memainkan Bulo' dan menyanyi ketika mendapatkan wangsit dalam mimpinya.

Basing sendiri bermula jauh sebelum adanya Ammatowa (Pemimpin adat) di Kajang. Kala itu, ada anak yang berdosa sama Ibunya, setelah meninggal dunia dan di makamkan, dalam kuburannya terdapat suara sendu yang mirip rintihan. Saat itulah Basing ini dimainkan sampai saat ini ketika ada warga Desa Adat yang meninggal dunia, Basing sendiri pernah di Filmkan oleh peneliti berkebangsaan Australia pada tahun 90-An.

Sampai saat ini, Pemain Basing dan penyanyinya sudah berusia rentah, sudah tidak ada lagi generasi muda yang mempelajarinya, dibutuhkan komitmen dari pemerintahan terkait akan kelestarian Basing yang merupakan kekayaan Bangsa khususnya Kabupaten Bulukumba. Akankah Basing ini kedepannya hanya akan menjadi kisah akan sebuah musik yang mengiringi arwah ketika bertemu penciptanya ?.

Topada Samalaki.


0 comments:

Post a Comment