Friday, December 11, 2015

Wine

Melihat segepok uang di atas meja membuatnya menangis, selama hidupnya Ia sama sekali tidak pernah bermimpi akan memiliki uang sebanyak itu. Begitulah kata Antonio saat lehernya bertemu dengan tali gantungan yang akan menjempun Ruhnya bertemu leluhurnya.

Dimalam yang basah saat warga seluruh kota melepas rindu pada malam. Antonio pulang dari tempat kerjanya di Pabrik pengolahan wine. Ia bekerja hampir separuh dari hidupnya, Ia dan beberapa warga kota menggantungkan hidup dari beberapa pabrik Wine yang sudah terkenal di seluruh dunia. Antonio bekerja membuat drum tempat fermentasi buah anggur menjadi wine, bahan baku kayu untuk membuat drum hanya ada di hutan beberapa jam perjalanan kereta. di hutan itu tumbuh banyak pohon Oak yang sudah turun temurun menjadi tempat penyimpanan akstraksi anggur menjadi wine di pabrik pengolahan tempatnya kerja. Dan hari itu pemilik pabrik Henri Jayer Vosne memerintahkan Antonio membuat drum dua puluh buah karena jumlah Wine yang telah diolah lebih banyak dari sebelumnya.
Diantara ratusan ribuh botol wine yang ada di gudang penyimpanan, ada ribuah wine yang jauh lebih tua dari pada umurnya sendiri, beberapa ratus botol wine bahkan sudah ada jauh dari kakek buyut Antonie bekerja di Pabrik wine tersebut. Pemilik pabrik wine tersebut adalah Keluarga Henri Jayer Vosne  yang terkenal memiliki anggur terbaik di Kota. Pabrik Vosne, itulah nama tempat Antonio bekerja dan Vosne adalah nama keluarga yang terkenal di seluruh penikmat wine di seluruh dunia.

Perjalanan Antonio menuju Hutan tempat tumbuhnya Pohon Oak sudah dekat, biasanya dilalui beberapa jam, kini Ia harus menempuh perjalanan dua hari karena jalan berlumpur di musim penghujan. pohon-pohon yang rimbun dan besar bagai pilar langit berjejeran didepan matanya, Antonio harus memilih pohon yang baik untuk dijadikan Drum, Pohon yang tidak terlalu tua, batangnya lurus dan daunnya berguguran, namun di musim penghujan menemukan pohon Oak dengan daun yang berguguran sangatlah mustahil. separuh hidupnya membuat drum pohon Oak, Ia tidak pernah menemukan pohon Oak yang daunnya berguguran saat musim penghujan. Sore berganti malam beberapa jam lagi, dan Ia tidak menemukan pohon yang dicarinya.
Berjalan mengelilingi hutan sendirian bagi Antonio, Ia sudah berkawan dengan segala makhluk hutan. Ia terus saja berjalan masuk hutan untuk mencari bahan kayu pembuat drum dan akhirnya menemukan pohon yang batangnya lurus, dan daunya berguguran. Ia merasa heran, baru kali ini menemukan pohon yang daunnya berguguran di musim penghujan. Ayunan kapak pertama Antonio ke batang pohon menerbangkan seluruh mahkluk yang ada di hutan, dengan semangat Ia ayungkan untuk kedua kalinya terdengar jeritan perempuan di atas bukit. Antonio langsung menghentikan pekerjaannya menebang dan mencari suara jerita yang Ia dengar, berjalan dan terus berjalan Ia melihat puluhan sosok memakai jubah hitam dan salah satu diantara mereka menyayat leher perempuan yang tubuhnya tanpa sehelai pakaian. Perempuan itu memiliki rambut hitam, kulit putih mulus.
Seluruh tubuh Antonio basah, keringat dituhnya mengalir begitu deras bagai hujan dan membuat pakaian yang Ia pakai basah. Ia terus saja melihat para sosok yang memakai jubah hitam yang secara bergantian meminum wine.

"Wine yang mereka minum adalah jenis Rose Wine akan tetapi lebih merah kehitaman dan kental". Ucap Antonio dalam hati.

Gelas itu terus saja berputar dan kemudia tubuh Antonio kaku tak bergerak setelah menyaksikan wadah dari emas dan kaca Itu di dekatkan dekat leher perempuan yang telah kaku membiru.

"Bukan Wine yang mereka minum, itu darah perempuan itu". Ucap Antonio dalam hati.

Ia tidak  sama sekali percara apa yang dilihatnya, Ia terus saja menyaksikan pesta di tengah hutan, setelah beberapa lama. Semua sosok yang memakai Jubah hitam menyebar masuk kedalam hutan. Antonio mengikuti beberapa sosok itu, beberapa dari mereka membuka jubah dan Antonio tahu  siapa mereka dan kembali diam tak bergerak.

Kapak yang siap mematahkan batang pohon kini disarungkan. Antonio kembali ke Kota dan membersihkan tubuhnya, istrinya telah mempersiapkan air hangat untuk mandi, sembari berendam didalam air panas Antonio selalu saja memikirkan hal yang terjadi di dalam hutan. Ia sama sekali tidak menyangka akan menyaksikan hal seperti itu di Kotanya. Antonio terus saja memikirkan kejadian itu sampai-sampai Ia bawah dalam mimpinya. Malam itu, Ia tidak tidur sama sekali dan selalu bermimpi perempuan yang lehernya tersayat itu mendatanginya dalam mimpi dan marah kepadanya karena hanya menyaksikan perbuatan itu terjadi di depan matanya. 

"Saya tidak pernah melihat kamu dan tidak tahu siapa kamu ?. Untuk apa saya menolong kamu ?". Kata Antonio.

"Haruskah kamu kenal orang yang perlu kamu tolong ?". Kata perempuan yang mendatangi mimpinya dengan wajah membiru dan leher yang terluka.

Wajah Antonio nampak pucak dan kalut dari pembaringan, Matanya tidak sempat tertidur setelah mimpi yang mendatanginya. Ia kemudian mengambil sebotol Wine yang ada di lemari dan hanya membuangnya setelah mengingat kejadian di hutan. 

"Haruskah kamu kenal orang yang perlu kamu tolong ?". terus saja berdengung didalam otaknya, setiap melihat kaca kalimat-kalimat itu terus saja berulang. dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kejadian yang disaksikannya kepihak kepolisian. Diatas kereta yang berjalan pelang, Antonio terus saja berpikir dan berpikir, dalam jiwanya telah tumbuh dua sosok, ada sosok yang menyuruhnya melapor dan yang satunya menganjurkan agar tidak melapor dan pada akhirnya pihak yang menganjurkan agar melapor kepihak berwenang lebih unggul. Setelah menceritakan apa yang telah disaksikannya di Hutan kepetugas kepolisian, Antonio kembali ke rumahnya.

Nasib malang yang menimpa Antonio, malam harinya setelah melapor. Pihak kepolisian datang menangkap dan menuduhnya telah membunuh perempuan dari Kota seberang puteri saudagar kaya dan merampoknya, Tali gantungan sudah melingkar di lehernya dan Ruhnya sebentar lagi akan menyapa leluhurnya membuat wine untuk para malaikat di surga. Ia hanya mampu melihat dan tidak mampu berteriak setelah lidahnya dipotong. didepan matanya Istrinya memandang dengan wajah benci dan warga kota yang datang untuk menyaksikan hukuman yang diberikan padanya, Hukuman gantung sampai mati.

Hanya satu yang bersimpati padanya, itu adalah pemilik Henri Jayer Vosne bos Leluhunya dan separuh dari hidupnya. di atas kuda Henri Jayer Vosne  turun dan naik keatas panggung.

"Andai kamu tetap diam, mungkin kamu tetap hidup dan menikmati Wine terbaik kota ini". Bisik Henri Jayer Vosne  ditelinganya.

0 comments:

Post a Comment