Monday, November 16, 2015

40.000 Westerling Terkapar oleh Mahrus Andis

Kebenaran adalah sebuah peradaban
titipan tuhan
dalam lingkaran kesadaran


Kebenaran kesejarahan
adalah lembaran kemunafikan
bagi siapa yang melupakan


Maka ketika kita bertemu di sini
ketuklah kembali hati nurani
dan pandanglah lintasan masa lalu


Di sana
langit hitam Sulawesi-Selatan
berkabut kepedihan
bumi yang pucat
menampung luka anak negeri


Di sana
di perut gunung bawakaraeng
di lubuk sungai Jeneberang
terpendam mutiara kesetiaan yang selalu berzikir dengan tulus
dan melantunkan doa-doa kemerdekaan


Maka kenanglah
Andi Mappanyukki Raja Bone
Andi Jemma Datu Luwu
Andi Abdullah Bau masseppe Datu Suppa
Andi Sulthan Daeng Raja Karaeng Gantarang
Andi Mannappiang Karaeng Bantaeng
Mattewakkang Karaeng Binamu
Pajonga Daeng Ngalle Karaeng Polongbangkeng
Andi Ninnong Matowa Wajo
bahkan juga manik-manik sejarah yang lain
termasuk I Salengke To Maggauka Rielle Bicara
lantas ketika kita bertemu di sini
kepedihan apa lagi yang mesti kita lukiskan
jika seorang bocah kampung
menyaksikan sendiri
bagaimana gemuruh senapan mesin
meluluhlantakkan keluarganya
dan otak ibu bapaknya terburai dalam genangan darah ?
kita boleh menangis


Tapi untuk siapakah butiran airmata itu ?
jika di alam kemerdekaan ini
kita begitu akrab
berpelukan dengan Westerling ?
Saudaraku se Indonesia !
kapten Raymond Paul Pierre Westerling
pemimpin Corps Spesiale Troepen
pasukan Baret Merah bentukan Belanda
sebuah sosok manusia berwajah malaikat
tapi hatinya sekeras pilar beton itu
alangkah perkasa berdiri tegar
bagaikan gunung Lompobattang
menyeburkan debu keangkuhan
sambil berbisik ditelinga kita :
God Verdome's !
Anjing-anjing pemberontak mau merdeka !?


Lalu sekejap orang kampung dihalau
meninggalkan rumah
dan mengawasi mereka
menggali kuburannya sendiri


Asap mesiu mengepul di langit malam
nyawa menggelepar menuju Arasy
tanah lapang yang luas
menjadi lautan darah
bumi warisan leluhur
menampung beribu-ribu bangkai anak negeri
yang sampai detik ini
arwah mereka belum pernah paham
"Mengapa kemiskinan hidup ini
harus berakhir di mulut bayonet
dengan dalih konstitusi
undang-undang keadaan bahaya ?"


Saudara !
Empat puluh ribu jiwa
tanpa kain kafan
tanpa do'a keluarga dan wangi kemenyan
telah berangkat ke hadirat pencipta
membawa sisa-sisa kepedihan
sebagai bukti kesaksian


Sementara
kapten algojo Westerling
dengan gagah perkasa
bagai kuda jantan dari Sinjaiberdiri tegar di puncak Bangkeng Buki'
tanpa dosa
tanpa penyesalan
kemudian berbisik:
"Akan kuhabiskan semua
agar seluruh kampung
tidak lagi melahirkan keturunan pemberontak"


Empat puluh ribu jiwa saudara kita
telah tuntas mewakili lembaran sejarah
mungkin diantara mereka
ada suami, istri dan anak-anak kita
terkubur tanpa kata-kata


Atau barangkali
Lelaki Kassa Daeng Jarre dari Jongaya
Daengta I Jumakka dari Galesong
Atau Bania Binti Saguni dari Suppa
Ambe Tongkealu dari Tinumbung
Jamarro Puangna Timang dari Cakke
Atau mungkin
Kulau Petta Cinnong dari Patimpeng
Kalimbu Ambo'na Isogo dari Manipi


bahkan siapa tahu
Palampa Sangkala Dongi dari Malewang
terkubur bersama mereka ?
Jika memang begitu
apa arti pengorbanan
tanpa kita ikhlaskan
Yakinkan Bahwa mereka
telah hidup damai di sisi Tuhannya


Tetapi yang satu ?
lelaki baja berhati pelatina
manajer pembantaian orang kecil tak berdosa
Westerling Mandor Besar si Tukang Jagal
jangan biarkan gentayangan
menyusup ke lorong-lorong waktu
menunggu peluang
untuk membantai hati nurani


Westerling telah bangkit kembali
menguasai pasar kehidupan
di dunia politik
Westerling mencabik-cabik idiologi kebangsaan
meniupkan seruling pertikaian
dan melumuri bendera kebersamaan
dengan lumpur pengkotak-kotakan


Di dalam transaksi perdagangan
Westerling menodongkan senjata kredit lunak
kemudian menyicil tulang sumsum kita
dari tahun ke tahun
dengan bonus pujian
dalam bentuk sertifikat :
Penghargaan atas loyalitas utang piutang


Westerling telah menjelma
menjadi urat nadi kebudayaan
mengajarkan ilmu silat lidah
dan teori pemberontakan
bagi pelajar dan mahasiswa

Atas nama jihad di jalan Tuhan
Westerling bergerilya di belantara keagamaan
dengan fasih melantunkan ayat-ayat khilafiah
menebar kebencian di tengah ummat
memutuskan sendi-sendi persaudaraan
dan membangun firkah-firkah perpecahan

Westerling
wajah beku yang pernah kita kenal
telah meleleh ke dalam hati
menumpuk jadi besi karat
dan menyambut
kisi-kisi kearifan manusia

Saudara-saudaraku !
Hari ini
ketika kita bertemu disini
jangan sia-siakan pengorbanan
arahkan senjata hati nurani
bidik sasaran kemungkaran
tarik pelatuk keadilan
dan...tembak !
dor ...!
dor ...!
dor ...!
maka kita yakinkan
empat puluh ribu jiwa Westerling
terkapar
dalam hati.


Karya : Mahrus Andis / Sastrawan Bulukumba
Bulukumba 11 Desember 2005


0 comments:

Post a Comment