Sembari mengetik ini, saya berkenalan dengan
teman baru. Ia adalah lulusan salah satu Universitas di Makassar. Hampir sejam
kami Chat hingga lupa cerita ini, Cerita ini mengisahkan tentang anak muda dan
kemoceng.
--------------------------------------------------------
Kemoceng yang tergantung di dinding kamarnya itu
memiliki tiga warna, terbuat dari rotan dan bulu ayam, warnanya merah, hijau,
dan kuning. Kemoceng itu sudah tergantung di dinding kamarnya cukup lama.
Kemoceng dengan bulu ayam tiga warna itu sudah
berulang kali Emmanya buang, bulu ayam yang merekat sudah hampir habis dan
menjadi sarang nyamuk. Pada suatu malam, Ia terbaring dengan membaca buku
Isabel Alende, Potrait in sepia. sedari sore tadi saat pulang dari kuliah Ia
terus membaca kisah perempuan yang mengalami trauma dan kehilangan igatannya.
Sembari membaca tak sadar Ia melihat kemoceng yang tergantung pada dindingnya.
Ingatanya kembali kemasa empat tahun yang silam,
masa saat Ia baru saja menginjakkan kaki di bangku kuliah. Kemoceng dengan
warnah merah, hijau dan kuning itu adalah kemoceng milik seorang gadis, teman
seangkatan semasa Ia di Ospek. Gadis itu memiliki tubuh yang tinggi dengan
wajah yang cantik nan jelita, Hampir setiap saat selalu saja gadis itu menjadi
topik pembicaraan di antara mahasiswa baru dengan kepala pelontos memakai baju
hitam putih dengan segalah embel-embel di tubuhnya.
Pada hari ketiga Ospek, mereka berpapasan begitu
saja di lorong gedung kuliah, Gadis itu menoleh dan tersenyum padanya. Tak di
sangka, Ia menyimpang perasaan pada Gadis bertubuh tinggi dan berwajah cantik
nan jelita itu. Hari terakhir, seluruh mahasiwa baru membawa alat untuk
membersihkan, ada yang membawa Cangkul, Sapu lidi, Lap, dan Gadis dengan tubuh
tinggi dan wajah cantik nan jelita itu membawa kemoceng. Seusai membersihkan,
seluruh alat kebersihan di kumpul. Salah satu seniornya mengambil kemoceng itu
dan membawahnya ke Gudang Kampus. Malam pun tiba, Pemuda itu sulit melupakan
senyum yang diberikan padanya, Senyum itu ibarat Kipas angin yang selalu membuatnya
sejuk. Ada ide yang muncul di benaknya, Ia memutuskan kemoceng itu sebagai
kenangan akan senyum iyu, Ia langsung pergi ke kampusnya di tengah malam dan
mencuri Kemoceng itu. Begitulah kemoceng itu hingga sampai saat ini terus saja
Ia pajang di dinding kamarnya. Meski bulu-bulu untuk membersihkan debu sudah
rontok terlepas, Ia tetap saja meyimpannya.
Buku Isabel Allende sudah Ia baca, Muncul tekanan
dalam batinnya untuk mengungkapkan rasa itu. Keesokan harinya, saat di Kampus
Ia memberanikan diri menemui kembali
gadis dengan tubuh tinggi nan cantik jelita itu, Namanya Kiki. Ia adalah
Seorang mahasiswi Sains Matematika. Wajahnya sangat jauh dari saat pertama Ia
berpapasan empat tahun yang lalu. Ia lebih cantik dan menjadi idolah di Kampus.
Kiki pun datang menghampiri dan heru pergi begitu saja dengan gejolak di
jiwanya akan gadis secanntik Kiki tidaklah mungkin menjadi kekasihnya.
Malam pun tiba, kembali Ia membuka Buku Viktor
Malarek dengan Teh melati Ia memandang Kemoceng di dindingnya.
0 comments:
Post a Comment