Fenomena Cinta "Biasa" Risna dari Bulukumba
Keringnya Drama Cinta dalam
Kehidupan Kontemporer
Cinta adalah tragedi. demikianlah
kata yang kerap disampaikan oleh seorang budayawan Sulawesi Selatan, Ahyar
Anwar dan diyakininya sampai akhir hayatnya. bahkan keyakinannya itulah yang
mewarnai hampir seluruh karya-karya yang dituliskannya sepanjang hidupnya. .
Cinta adalah Tragedi bukanlah sebuah kalimat sederhana secara filosofis dan
historis tapi, kalimat tersebut adalah akumulasi pemikiran Ahyar terhadap
pembacaannya dengan sejarah percintaan ummat manusia.
Hampir semua kisah cinta yang
agung dalam sejarah percintaan manusia selalu disertai dengan peristiwa tragis
yang menggetarkan hati siapapun yang menyimaknya atau mengapresiasinya dengan
baik. . Romie dan Juliet di Inggris yang ditulis oleh William Shakespeare dan
Laila Majenun (Qais) yang ditulis oleh Nizami di Timur Tengah adalah fenomenan
cinta yang luar biasa dan keduanya berakhir dengan kematian. Demikian dengan
kisah monumen cinta Taj Mahal yang dibangun oleh Mughal Shah Jahan untuk
istrinya Mumtaz Mahal yang mengisahkan kesetiaan dan pengorbanan yang agung.
untuk konteks lokal, kita bisa menyimak kisah Datu Museng dan Maipa Dea Pati
yang juga berujung pada kematian keduanya. Mengapa kisah mereka menjadi kuat
dan terus terkisahkan? jawababn yang paling sederhana mungkin adalah karena
kisah tersebut penuh dengan pengorbanan ketulusan, kesejatian dan juga
kesetiaan.
Media sosial belakangan
menyajikan drama cinta "biasa" Rais dan Risna yang terjadi di sebuah
kampung di Bulukumba. drama cinta yang menyedot banyak perhatian media sosial
bahkan media massa. Drama biasa yang sebenarnya tidak memiliki fragmen kuat
selain peristiwa "konyol" yang mempertontonkan seorang lelaki suami
orang lain yang memeluk seorang wanita yang bukan istrinya. parahnya karena
mereka berpelukan di hadapan seorang istri yang baru saja sah dan dilakukan di
depan keluarga besar mereka berdua. parahnya, bukannya ada teguran, malah massa
yang hadir seolah khidmat melakukan pembiaran atas drama itu. (apakah orang
Bulukumba menganggap ini hal wajar).
Peristiwa pelukan dari drama yang
sampir di sebuah pesta ini adalah sebuah drama yang menghadirkan
pertanyaan-pertanyaan spekulatif (bukan tuduhan/kemungkinan). jika mereka
berani berpelukan di depan publik, bagaimana dengan peristiwa sembilan tahun
kisah asmara mereka jika di ruang tertutup? (non publik) jika mereka berani
berpelukan semesra itu di depan istri sah dari Rais, apakah tidak akan ada
kemungkinan peristiwa berulang di antara mereka jika tidak di ruang publik?.
pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang menunggu jawaban. ini adalah pertanyaan
imajinatif yang jawabannya ada di dalam nurani setiap orang yang menyimak
tulisan ini.
Rais yang tertolak lamarannya
bukanlah peristiwa baru dalam kehidupan sosial dan kebudayaan kita. Agama pun
bahkan mengajarkan istrumen kepada manusia tentang logika-logika sederhanana
atas penerimaan lamaran. disana ada syarat agama, keturunan, materil dan fisik.
kita tidak pernah tahu unsur yang mana yang tak dimiliki Rais sehingga
lamarannya tertolak. dan penolakan keluarga risna pun tidak bersalah dalam
penolakan yang mungkin alasa mereka tidak akan dibuka ke ruang publik karena
berkenaan dengan harga diri dan martabat seseorang.
Sebagai seorang pencinta, Rais
mestinya sadar dan mengenali kisah-kisah agung dalam percintaan ummat manusia.
seharusnya Rais harus berjuang, jika memang dia memiliki kesejatian, dia sisa
memilih sejarah percintaan mana yang akan dia ikuti. Rais mestinya tidak
menghentikan perjuangannya menemukan risna dan membangunkan sebuah rumah cinta
di hatinya. dalam sebuah tulisan Ahyar Anwar dalah Buku Kisah tak Berwajah, ada
sebuah bab yang mengisahkan tentang seorang yang bernama Renate Kleinle yang
menyimpan kenangannya untuk kekasih kurang lebih setengah abad dalam penantian.
Renate tetap setia dengan cintanya kepada seorang lelaki yang bernama Hong.
bahkan memilih untuk tidak menikah sepanjang usianya demi kesetiaannya (Kisah
Tak Berwajah, Kenangan pada Teratai Kering). disinilah letak keraguan penulis
atas kesejatian pada kesetiaan yang tulus dari Rais.
Risna, dengan rasa yang seolah
tegar dan berjiwa besar, menghadiri pesta pernikahan Rais dan memeluknya di
pelaminan dengan penuh rasa dan keharuan, secara tidak sadar menjelaskan
tentang dendam. Dendam yang entah disadarinya atau tidak. Dendam tersebut
adalah momok yang akan menghantui rumah tangga Rais dan Istrinya sepanjang
hayat. Rumah tangga mereka akan menjadi bayang-bayang hitam. Dendam tersebut
adalah fenomena cinta yang paling lembut dan akan terus menjadi
sengatan-sengatan listrik cinta dalam menjalani hari-hari antara Rais dan
Istrinya.
Istri Rais adalah korban.
perempuan itu akan terhantui kehidupannya. Media sosial dan media massa pun
akan turut menjadi balatentara yang mengibaskan sayap kesedihan bagi dirinya.
semakin hari, kibasan angis kesedihan itu tentunya akan semakin deras. Risna
ada dimana-mana. Kemanapun matanya menoleh, titik kesedihan dan kecemasan itu
ada di sana. bahkan, kemanapun dia pergi, kisah mereka akan terus terkisahkan
oleh orang-orang saat ini. Malam-malamnya bersama Rais tentunya akan dirasuki
oleh wajah Risna. sebagai wanita, istri Rais tentu menyimpan banyak duka lara.
Duka lara yang akan dikenang dan menghantuinya seumur hidup.
Orang-orang yang bertemu Risna
dan Rais akan terus menguliti kisah mereka. siapa yang membahas Rais maka dia
akan menanyakan Risna. kisah mereka seolah utuh dan tak terpisahkan dalam
cinta. . Risna yang tiba-tiba menjadi populer dan ada di semua media adalah air
mata yang hening bagi ketenangan jiwa Istri Rais yang seharusnya menikmati
masa-masa bulan madu. Risna seolah tidak berhenti. malah, Risna seolah semakin
melebarkan sayap-sayap kesedihannya untuk rumah tangga Rais dan Istrinya. Risna
seolah terbuai popularitas dan menyengaja melakukan pembiaran terhadap
popularitas dirinya. dia tampak tak sadar, bahwa ada yang terbaca
"dendam", dengan senyum-senyumnya di Media seolah berkata, Tubuh Rais
adalah milikmu. Tapi, Hatinya adalah milikkku dan semua orang mengetahui itu.
Inilah yang terlambat disadari oelh kebanyakan orang untuk menegakkan kepala
Rais dan membelai hati Istri Rais bersama-sama dan menyembuhkan kesedihannya.
Kisah cinta Rais dan Risna adalah
kisah cinta yang sesungguhnya kering. Tragedy yang lahir di antara mereka
hanyalah sebuah kisah sampir dari sebuah fragmen kehidupan. tentunya, masih
banyak kisah lain yang lebih menggetarkan hanya saja tidak kita kenali atau
jiwa sosial kita tidak lagi mau memperdulikannya di sekeliling kita. Kisah
tersebut tentunya penuh dengan pengorbanan, ketulusan dan kesetiaan.
Rais dan Risna adalah sebuah kisah
yang dipertontonkan bahwa di dalamnya tidak ada kesetiaan seperti Renate
Kleinle dan Mughal Shah Jahan. Kisah mereka tidak memiliki ketulusan seperti
Qais dan Laila yang mengalienasi diri dari kehidupan sosial setelah tertolak.
Kisah mereka tidak sejati di dalam waktu karena kesejatiannya hanya bisa
dibuktikan dengan kegigihan menyatukan cinta dengan upaya-upaya yang
berdarah-darah. Kisah mereka adalah kisah cinta biasa yang tidak berbobot untuk
dikisahkan sebagai sebuah pembelajaran cinta yang agung.
Kisah cinta Rais dan Risna adalah
sebuah kisah yang sesungguhnya hanya kisah biasa yang dieksploitasi oleh media
dan dkipas-kipasi oleh media jejaring sosial yang pemiliknya tidak memiliki
ketertarikan membaca kehidupan ini dengan lebih serius dari referensi-referensi
sejarah cinta yang lebih berbobot. . Merujuk pada definisi Cinta sebagai
Tragedi (Love is Tragedy) kata Ahyar Anwar, Kisah Cinta dan Rais adalah
kenyataan bahwa kisah percintaan manusia kontemporer mengalami kekeringan nilai
dalam dramanya. kisah cinta mereka tidak memiliki unsur kesetiaan, ketulusan,
kesejatian, pengorbanan dan lainnya. Kisah cinta mereka hanyalah sebuah
kebetulan, kebetulan difoto, kebetulan dishooting, kebetulan dijadikan status
media sosial (FB dan BBM), kebetulan tidak ada pekerjaan lain dan kita secara
berjamaah ikut-ikutan membahasnya.
Kesejatiaan harusnya ada dalam
kisah Silariang (pergi bersama dengan paksa atas nama cinta) atas
ketidakrestuan keluarga. Silariang tentunya akan melahirkan lebih banyak kisah
cinta yang penuh dengan tragedi. tragedi itulah yang membuktikan bahwa cinta
yang sejati itu ada. (*)
4 November 2014 pukul 12:06
(Dimuat di Harian Radar Selatan
edisi Hari Ini)
Andhika Daeng Mammangka; a.
Penulis Buku. Pendiri Sekolah sastra Bulukumba
Andhika Daeng Mammangka |
Like dengan tulisan ini! Sangat.
ReplyDeletelikenya buat Andhika Daeng Mammangka, Ini adalah hasil buah tangannya...
DeleteTulisan ini Buah tangan Andhika Daeng Mammangka yang di salin dari Facebook...
ReplyDelete