540 Tahun
yang lalu Inggris melahirkan Seorang penulis yang karyanya dikenang hingga
saat ini. William Shakespeare, dari goresan tangannya telah melahirkan puluhan
naskah-naskah yang mengagumkan. Salah satunya adalah Romeo dan Juliet yang
hampir dipentaskan diseluruh dunia dan telah menghiasi buku dan Film-film
animasi.
Romeo dan Juliet karangan William Shakespeare ini juga
ternyata ada di Sulawesi Selatan. Mungkin dewasa ini generasi mudah telah
melupakan cerita percintaan Datu Museng dan Maipa Deapati. Kisah percintaan
yang dituturkan oleh orang tua kepada anak cucu yang banyak mengandung unsur
pendidikan, perjuangan, dan makna akan kesetiaan.
Sumber : Dewan Kesenian Makassar |
Kisah ini berawal dari Addengareng kakek Datu Museng yang merupakan
bangsawan Kerajaan Gowa melarikan diri ke tanah Sumbawa dikarenakan Tanah Gowa
yang bergejolak dikarenakan Politik adu domba yang dilancarkan oleh
pemerintahan Kolonial Belanda.
Di tanah Sumbawa, Datu Museng tumbuh dewasa, di Pondok pengajian Mmpewa, Datu Museng
bertemu dengan Maipa Deapati yang merupakan Putri Bangsawan Sumbawa.
Akhirnya tumbuh benih cinta dihati Datu Museng sejak pertama
kali melihat sosok Maipa Deapati yang anggun dan mempesona. Namun cinta dari Datu
Museng kepada Maipa Deapati menjadi sebuah cinta yang terlarang karena Maipa
Deapati telah ditunangkan dengan seorang pangeran Kesultanan Sumbawa, Pangeran
Mangalasa.
Setelah kakek Datu Museng mengetahui bahwa cucunya mencintai
Maipa Deapati, alangkah terkejutnya sang kakek. Sang kakek dari Datu
Museng merasa malu karena merasa bahwa mereka hanyalah sebongkah emas yang
telah terkotori oleh lumpur, sedangkan Maipa Deapati adalah Putri Kerajaan
Sumbawa.
Datu Museng mengetahui bahwa cintanya kepada Maipa Deapati
terhalang oleh tembok yang kokoh, maka atas anjuran sang kakek, berangkatlah Datu
Museng ke tanah Mekkah untuk berguru. Disanalah ia mendapatkan ilmu "Bunga
Ejana Madina". Kepergian Datu Museng ke tanah Mekah ternyata bukannya
membuat kedua insan yang saling mencinta ini menjadi terpisah, melainkan
perpisahan itu malah semakin membuat ikatan hati antara keduanya semakin kuat.
Selepas mendapatkan ilmu di tanah rantau Mekkah, maka Datu Museng pulang
kembali ke Sumbawa dengan membawa rindu yang sangat besar kepada Maipa Deapati.
Sesampainya di Sumbawa ternyata sang kekasih yang dirindukan jatuh sakit, maka Datu
Musengpun menolong Maipa Deapati dengan ilmu yang didapatkannya dari tanah
Mekkah.
Mendengar kabar bahwa sang tunangan Maipa Deapati mencintai Datu Museng,
membuat perasaan cemburu di hati Pangeran Mangalasa bergejolak, Pangeran
Mangalasa lantas bersekutu dengan Belanda dengan tujuan untuk membunuh Datu
Museng. Tetapi Datu Museng yang teramat sakti itu tak dapat dikalahkan oleh
Pangeran Mangalasa dan Belanda.
Akhirnya Datu Museng mendapat restu dari Sultan Sumbawa, merekapun lantas
dinikahkan dan Datu Museng diberikan pangkat sebagai Pangllima perang. Belum
beberapa lama menikah, berhembus kabar bahwa di Makassar tengah bergejolak
kekacauan yang disebabkan oleh pemerintah Belanda yang berkuasa ditanah
Makassar. Sultan Lombok lantas meminta Datu Museng ke Makassar untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Maka berangkatlah Datu Museng dan istrinya Maipa Deapati ke tanah Makassar,
setibanya di Makassar, Datu Museng mendapatkan tantangan lain karena Kapten
dari Belanda itu justru mencintai Maipa Daepati, dan melancarkan berbagai macam
serangan kepada Datu Museng untuk merebut Maipa Deapati dari Datu Museng.
Akibatnya Datu Musengpun terdesak akibat serangan Belanda tersebut. Namun bagi Maipa
Deapati cintanya ke Datu Museng adalah harga mati baginya, ia tidak mengijinkan
seorang pun untuk mengambilnya dari Datu Museng. Sang kekasih Maipa Deapati
lantas meminta kepada Datu Museng untuk membunuhnya, sebab cintanya kepada Datu
Museng hanya untuk Datu Museng seorang, ia merasa lebih biak mati daripada
harus menyerahkan dirinya kepada Belanda.
Dengan sangat berat hati Datu Museng lantas mengabulkan permintaan sang istri,
iapun lantas menikamkan Badik pusakanya ke leher sang kekasih tercinta. Setelah
itu, karena rasa cinta yang dalam kepada istrinya Maipa Deapati, Datu Musengpun
lantas melepaskan semua ilmu ilmu yang dimilikinya, membiarkan dirinya dibunuh
oleh penjajah Belanda.
Ternyata Kisah lainya yang memiliki kesamaan juga terdapat
di Bulukumba, yakni kisah percintaan Antara Baso Kunjung Barani dengan
Samindara. Cerita ini pernah dimuat dalam Buku Something in Bulukumba Buah
tangan Ari Dirgantara dkk.
Masihkah Generasi muda saat ini tahu akan cerita local yang
merupakan kekayaan Nusantara?
Referensi :
Kajian Sastra "Sekolah Sastra Bulukumba
Buku Something in Bulukumba
www.lobelobenamakassar.com
0 comments:
Post a Comment